Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Karena berada dalam golongan bangsawan, maka hingga usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan mengenyam pendidikan di sekolah elit Belanda belanda yg bernama ELS (Europese Lagere School).
Sejak masih di sekolah penjajah tersebut Kartini sudah di bidik oleh Kelompok Feminist Belanda yang dibentuk Illuminati karena dia merupakan seorang anak bangsawan yang berpengaruh, serta cerdas dan kritis. Illuminati berharap dia bisa menjadi agen untuk menularkan paham feminist sesat mereka kepada para wanita muslim di negara jajahannya.
Mulailah seorang ng tokoh feminist beragama theosofi alias Kabbalah, nyonya Abendanon alias Stella dll., mendekati Kartini dan melakukan korespondensi surat menyurat dalam rangka mencuci otak Kartini dengan menanamkan aqidah Theosofi dan Feminist padanya.
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa ? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya ?
Al-Quran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini, orang belajar Al-Quran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?
RA Kartini melanjutkan curhat dalam Suratnya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny. Abendanon.
Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.
Karena Korespondensi surat menyuratnya yang intens dengan Stela, Kartini pun sudah mulai tercuci otaknya, seolah mempunyai pemahaman agama Theosofi yg sama seperti Stella.
Pada masa penjajahan Belanda, ulama Indonesia dilarang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia. Maka wajar jika Kartini mengeluh hal demikian dalam surat-suratnya. Karena selama dia mempelajari Al-Qur'an, kartini tidak pernah dikasih tau arti ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya.
Namun suatu hari, keluarga Kartini mengadakan pengajian dengan tema "Tafsir Al-Fatihah" untuk pertama kalinya oleh KH. Sholeh Darat, seorang ulama graduate dari Mekkah dan tokoh ulama di Semarang.
Kartini berkomentar:
“Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”
Akhirnya mulai sejak itu kartini menjdi murid Kyai Sholeh Darat. Kartini menyuruh ulama tersebut menulis kitab tafsir untuk Kartini, agar dia memahami Islam, yang diberi nama kitab Faidhul Rohman fii Tafsiril Qur'an. Namun ulama tersebut keburu wafat padahal belum menyelesaikan terjemah dan tafsirnya itu, hanya baru sampai ke surah An-Nur, atau sumber lain mengatakan baru sampai surah Ibrahim.
Bahkan inspirasinya untuk menulis buku "Dari gelap terbitlah terang" pun maksudnya terinspirasi dari surah Al-Baqarah yang berbunyi:
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya". (QS. Al-Baqarah : 257)
Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) pun berubah.
Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny. Abendanon.
Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah Ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna ? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam suratnya kepada Ny. Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis;
Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny. Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis;
"Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah"
------
Transformasi pemikiran Kartini yang begitu berubah, tentu membuat Agen Illuminati kecewa berat. Maka mereka mau tidak mau harus membungkam pemikiran baru Kartini yang justru menjadi bumerang pagi pemikiran Feminist Theosofi Illuminati.
Akhirnya Ketika Kartini melahirkan anak pertamanya, seorang dokter Belanda Van Ravesteyn menjadi bidan dalam persalinan Kartini. Setelah selesai melahirkan, dokter itu membujuknya untuk meminum anggur demi kesehatan anaknya. Akhirnya keesokan harinya Kartini mendadak sakit perut dan dokter tersebut memberinya obat. Setengah jam kemudian, Kartini meninggal dunia di usia 25 tahun pada 4 september 1904.
Bukan hanya Kartini yang mati misterius. Sebuah sumber lain mengatakan bahwa kematian KH. Sholeh Darat pun menjadi kematian yang misterius.
Rumah sakit mengumumkan bahwa kematian Kartini akibat komplikasi penyakit kehamilan, padahal Kartini dan anaknya dinyatakan sehat sebelum dan sesudah melahirkan.
Bahkan setengah jam sebelum kematian Kartini terlihat sehat, kenang suaminya.
Kemudian setelah kematiannya Belanda menerbitkan surat-surat Kartini dengan editing agar seolah-olah Kartini adalah seorang Tokoh berpaham Feminist Theosofi seperti yang diinginkan Illuminati, yang bahkan dengan propaganda surat-surat tersebut, nyaris seluruh masyarakat Indonesia percaya bahwa Kartini adalah tokoh emansipasi wanita!
Wallahua'alam Bishowabb
dari berbagai sumber.
@TheIslamicChronicle10
2 komentar:
Ini suatu wawasan yang baru
untuk saya.
Masyaallah
Posting Komentar